Laju kepunahan berbagai spesies belakangan
semakin mengkuatirkan. Hilangnya satu spesies dari muka bumi berarti
berkurangnya satu lagi kekayaan ragam hayati di alam
Pada akhirnya kerusakan alam dan hilangnya
spesies tidak bisa kembali seperti semula. Tak terhitung berapa jenis satwa
yang sudah punah. Para ahli memperkirakan bahwa setiap tahun, puluhan bahkan
ratusan spesies punah di alam liar, terutama karena intervensi manusia lewat
perburuan, maupun perusakan habitatnya.
Di alam bebas terdapat lebih banyak lagi
spesies yang lebih dulu punah sebelum sempat dicatat, diketahui dan dipelajari
secara ilmiah. Banyak spesies yang punah jauh sebelum masa kita, sehingga
banyak diantara kita yang tak sempat sekalipun melihat wujud mereka, baik
langsung, maupun melalui media.
Mongabay Indonesia merangkum sepuluh
mamalia besar yang telah punah dalam dua abad terakhir, sebagai pengingat bagi
kita semua bahwa tanpa usaha yang maksimal dan terus menerus, satwa-satwa lain
juga menunggu dan akan menuju jurang kepunahan total.
1.
Harimau Tasmania (punah tahun 1936)
Meskipun dijuluki harimau, harimau tasmania
(Thylacinus cynocephalus) bukanlah
keluarga harimau (panthera) yang dikenal. Satwa ini adalah hewan endemik benua
utama Australia, populasinya diperkirakan telah menghilang sejak pengenalan
anjing peliharaan oleh suku Aborigin ribuan tahun lalu, meskipun ada
kemungkinan satwa ini bertahan sampai sampai awal abad ke-20 di pulau Tasmania.
Satwa ini disebut harimau tasmania karena
punggungnya yang bercorak belang, namun ada juga yang menyebutnya serigala
tasmania, dan dari mulut ke mulut disebut harimau tassie (atau tazzy) atau
cukup harimau saja. Binatang ini adalah spesies terakhir dari genusnya,
Thylacinus.
Satwa ini habis akibat diburu oleh manusia
maupun anjing, rusaknya habitat, dan juga karena serangan penyakit. Harimau
tasmania merupakan pemangsa yang ada di puncak rantai makanan dan merupakan
karnivora marsupila (satwa berkantung) terbesar yang pernah diketahui.
2.
Quagga (Punah pada tahun 1880-an)
Quagga (Equus
quagga quagga) adalah kerabat dekat dari kuda dan zebra, dengan tubuh
coklat kekuningan dengan garis-garis hanya pada kepala, leher dan bahu dan
dengan kaki pucat. Quagga adalah satwa endemik daerah gurun dari benua Afrika
sampai akhirnya punah di alam liar pada 1870-an.
Quagga terakhir mati di kandang di sebuah
kebun binatang di Inggris pada tahun 1880-an. Satwa cantik ini diburu dengan
brutal oleh petani lokal maupun pemukim pendatang di Afrika selatan untuk
diambil daging dan kulitnya.
Awalnya Quagga ini hanya dianggap sebagai
Zebra Burchell betina, atau zebra hasil kawin silang. Karena hal tersebut, para
pemburu tak henti memburunya sampai akhirnya menyadari bahwa zebra ini adalah
spesies tersendiri. Dan semuanya sudah terlambat.
3.
Serigala Falkland (punah tahun 1870-an)
Serigala Kepulauan Falkland (Dusicyon australis) adalah satu-satunya
mamalia darat asli Kepulauan Falkland, atau yang disebut juga kepulauan
Malvinas, sebuah kawasan terpencil 500 km di sebelah timur daratan Argentina.
Satwa terakhir ditemukan mati di kawasan
barat kepulauan Falkland pada tahun 1876. Spesies ini adalah satu-satunya
spesies modern dalam genus Dusicyon. Genus yang berhubungan paling dekat dengan
hewan ini adalah Lycalopex, termasuk Culpeo, yang dibawa ke Kepulauan Falkland
pada zaman modern.
Serigala ini diketahui berasal dari
Falkland Barat dan Timur. Pada tahun 1868 dan 1870, 2 serigala terakhir
Falkland dibawa ke kebun binatang di Inggris. Keduanya mati beberapa tahun kemudian.
4.
Harimau Jawa
Harimau jawa (Panthera tigris sondaica) adalah subspesies harimau endemik pulau
Jawa. Harimau ini telah dinyatakan punah di sekitar tahun 1980-an, akibat
perburuan dan alih fungsi habitatnya menjadi lahan pertanian dan pemukiman.
Ukuran harimau jawa lebih kecil dibandingkan dengan spesies harimau lain.
Ukurannya yang kecil diyakini terkait
dengan ukuran mangsanya yang tersedia di habitat mereka di pulau Jawa. Teorinya
adalah bahwa semakin kecil mangsa, semakin kecil juga si predator. Pada suatu
masa, harimau ini menghuni seluruh kawasan di Jawa.
Pada pertengahan 1800-an sampai pertengahan
1900-an pembukaan area pertanian, perkebunan dan hutan tanaman yang disponsori
oleh pemerintah kolonial Belanda telah mendesak habitat satwa ini. Pembukaan
lahan pertanian di Brebes dan Banyumas, Jawa Tengah dilaporkan telah membunuh
ratusan harimau per tahunnya.
Orang-orang lokal menganggap harimau ini
sebagai hama dan mengusir mereka ke daerah-daerah pegunungan terpencil,
termasuk salah satunya di wilayah hutan pegunungan Meru Betiri di Jawa Timur.
Banyak yang meyakini bahwa satwa ini masih tersisa, namun belum ada bukti yang
kuat mengenai hal tersebut.
5.
Harimau Bali
Harimau bali (Panthera tigris balica), atau samong dalam bahasa lokal, adalah
subspesies harimau yang dinyatakan sudah punah. Harimau bali adalah satwa
endemik pulau Bali dan merupakan satu dari tiga subspesies harimau yang ada di
Indonesia yaitu harimau sumatra (panthera tigris sumatrae) dan harimau jawa
(panthera tigris sondaica) yang telah dinyatakan punah.
Harimau bali merupakan harimau terkecil
dari ketiga subspesies harimau Indonesia. Harimau bali terakhir kali ditembak
mati pada tahun 1925 di Sumber Kima, Bali Barat, dan resmi dinyatakan punah
pada tanggal 27 September 1937.
Pulau Bali yang kecil dan tutupan hutannya
yang terbatas, membuat para ahli meyakini bahwa populasi satwa ini tak pernah
besar. Seluruh foto satwa ini sudah dalam keadaan mati ditembak, menandakan
bahwa kepunahannya diduga akibat perburuan yang terus menerus, selain karena
faktor hilangnya habitat akibat alih fungsi menjadi lahan pertanian dan
pemukiman.
6.
Syrian Wild Ass (punah tahun 1928)
Syrian Wild Ass (Equus hemionus hemippus) atau sering disebut Hemippe adalah
subspesies onager (Equus hemionus),
spesies kuda yang paling kecil. Satwa ini pernah menghuni kawasan luas di
Syria, Yordania dan Irak. Satwa ini diketahui tidak bisa dijinakkan dan
dipelihara.
Keunikan satwa ini adalah kemampuan
kulitnya berubah warna mengikuti musim. Kulitnya akan berwarna zaitun kecoklatan
pada musim panas dan berubah menjadi kuning pucat pada musim panas.
Spesies ini pernah mempunyai populasi yang
besar sekitar abad ke-16 dan abad ke-17 dan berkurang drastis akibat perburuan
yang tak terkendali, terutama semasa era perang dunia pertama. Pada 1928,
spesies terakhir mati di kebun binatang Vienna, Austria.
7.
Singa Berber (punah tahun 1960-an)
Singa berber (Panthera leo leo) atau dalam bahasa Inggris disebut Barbary Lion
adalah sub spesies singa Afrika yang diperkirakan telah punah di alam liar pada
pertengahan abad ke-20.
Berbeda dengan jenis lainnya, singa ini
memiliki rambut yang lebih panjang dan berwarna gelap, hingga menutupi pundah
dan sebagian perutnya. Ukuran rata-ratanya pun juga lebih besar daripada jenis
singa lainnya, yaitu mencapai 3,25 meter (panjang dari kepala hingga ekor).
Bandingkan dengan rata-rata singa lainnya yang hanya memiliki panjang 2.8
meter.
Beberapa singa berber terakhir mati karena
diburu pada tahun 1950-1960-an di Tizi n’Tichka, kawasan pegunungan barat
Maroko. Meskipun telah habis di alam liar, WildLink International berusaha
untuk mencari apakah masih ada spesies ini di kebun binatang.
Pada maret 2010, ada 2 individu anak singa
dikabarkan dipindakan ke Kebun Binatang Texas (AS) sebagai bagian dari program
pembiakan kembali singa tersebut. Hingga kini belum diketahui pasti apakah
keduanya adalah benar keturunan dari singa besar Afrika tersebut.
8.
Bison Kaukasus (punah pada 1927)
Bison kaukasus (Bison bonasus caucasicus) adalah subspesies bison eropa yang
menghuni pegunungan Kaukasus yang memanjang di Eropa Timur. Pada abad ke-17,
satwa besar ini menghuni kawasan luas di area Kaukasus Barat.
Ketika manusia mulai banyak yang bermukim
di sekitar habitatnya pada abad ke-19, populasinya berkurang hingga hanya
sepersepuluh dari jumlahnya pad dua abad sebelumnya. Pada tahun 1860, diketahui
populasinya masih ada sekitar 2000-an individu, namun berkurang drastis hingga
hanya tersisa 500-an pada 1917, dan 50 individu pada 1921. Meski demikian,
perburuan tak berhenti dan tiga individu terakhir ditembak mati pada 1927.
9.
Rusa Schomburgk (punah tahun 1932)
Rusa schomburgk (Rucervus schomburgki) dulunya menghuni beberapa kawasan di Thailand
dan tidak ditemukan di negara lain. Habitatnya adalah dataran rawa-rawa dengan
rumput panjang, tebu, dan semak-semak; dan nampaknya menghindari kawasan hutan.
Produksi padi secara besar-besaran pada
abad ke-19 di Thailand untuk memenuhi permintaan luar negeri memicu hilangnya
sebagian besar kawasan semak dan rawa yang selama ini menjadi habitat rusa
cantik ini. Selain itu, perburuan tak terkendali juga membuatnya makin cepat
punah. Rusa ini punah di alam liar pada tahun 1932, dan rusa terakhir mati di
kebun binatang pada 1938.
10.
Badak Hitam Afrika Barat (dinyatakan punah 2011)
Badak hitam afrika barat (Diceros bicornis longipes) adalah
subspesies dari badak hitam dan telah dinyatakan punah pada 2011. Dulunya,
badak ini menghuni kawasan savanna yang luas di Afrika bagian barat, namun
populasinya menurun drastis akibat perburuan.
Satwa ini dulunya paling banyak ditemukan
di Kamerun, namun survey terakhir untuk mengetahui keberadaan satwa ini tak
berhasil menemukan satu pun individu. Satwa ini diburu karena culanya yang
berharga mahal, yang di Tiongkok dipercaya bisa menjadi obat untuk beberapa
penyakit tertentu, termasuk dipercaya mampu mendeteksi keberadaan racun di
dalam tubuh.
(Akhyari
Hananto)
https://www.mongabay.co.id/2015/03/31/inilah-10-mamalia-yang-telah-punah-dalam-dua-abad-terakhir/?fbclid=IwAR2LJxSjlcc3vytlqZB0cERJ0rlmTTWhjvt0pzMs4fFkfjLeKfUZqhx3sHo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar